Pengaruh Ketinggian Lahan terhadap Tingkat
Produksi
Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman
rempah yang berasal dari Kepulauan Banda dan Maluku. Tanaman pala dapat tumbuh
subur pada ketinggian 500-700 mdpl dengan iklim tropis 18-34°C dan curah hujan
antara 2000-3000 mm/tahun. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah
Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa
Barat dan Papua. Terdapat lima jenis pala yang tumbuh subur di Indonesia, yaitu
Myristica fragrans, M. argenta Warb, M. scheffert Warb, M.
Speciosa, dan M. Succeanea
(Nurdjannah 2007).
Pala dikenal sebagai tanaman rempah multiguna karena
setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Bagian
tanaman pala yang memiliki nilai ekonomis adalah daging buah, fuli, tempurung
dan biji. Biji dan fuli yang berasal dari buah yang cukup tua dimanfaatkan
sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah yang muda dimanfaatkan sebagai
bahan baku minyak pala karena kandungan minyak atsirinya yang jauh lebih tinggi
daripada biji yang berasal dari buah yang tua. Indonesia merupakan negara
pengekspor biji dan fuli pala terbesar di dunia, sehingga kualitas dan
kuantitas produksinya sangat penting untuk dijaga (Rismunandar 1990).
Pohon pala terbagi menjadi daging buah, fuli,
tempurung dan biji yang seluruhnya dapat dimanfaatkan. Daging buah pala mempunyai
sifat astringensia sehingga cocok untuk dijadikan bahan konsumsi. Biji pala
mengandung minyak atsiri sekitar 2-16%, fixed oil (minyak lemak) sekitar
25-40%, karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6%. Minyak pala dan fuli
digunakan pada produk-produk daging untuk menambah citarasa (Librianto 2004). Kandungan minyak atsiri pala meliputi miristicin, pinen,
sabinen, kamfen, elemisin, isoelemisin, eugenol, isoeugenol, metoksieugenol, safrol,
dimerik olipropanoat, lignan, dan neolignan. Miristicin memiliki
aktivitas sebagai hepatoprotektor sedangkan elimisin mempunyai efek intoksikasi (Jukic et al. 2006; Morita et al 2003). Biji pala dapat
menjadi obat karena bersifat karminatif (peluruh angin), antiemitik (anti
mual), spasmolitik, stomakik serta stimulan (Weil 1966). Pala juga berguna
untuk mengobati mual, maag, desentri, mengurangi flatulensi, serta mengobati
perut kembung. Ekstrak kloroform pala juga
mempunyai aktivitas antidiare dengan meningkatkan kandungan ion-ion Na dan Cl
dalam jaringan (Sonavane et al. 2001).
Tanaman
pala baru mulai berproduksi pada usia 5-10 tahun dan mulai menurun hasil
produksinya di usia 50 tahun. Tanaman pala Banda
mempunyai umur produksi 7-80 tahun, dengan produktivitas untuk biji 500-800
kg/ha/tahun dan untuk fuli 100-160 kg/ha/tahun. Di daerah Banda dikenal
3 macam waktu panen pala, yaitu panen raya (pertengahan musim hujan), panen
lebih sedikit (awal musim hujan), dan panen kecil (akhir musim hujan) (Bustaman
2008).
Tanaman pala juga dapat tumbuh pada wilayah yang
memiliki iklim hampir serupa dengan Banda dan Maluku. Kota Sukabumi, Cianjur,
serta Bogor memiliki jumlah perkebunan pala yang cukup tinggi. Kota Sukabumi
memiliki ketinggian lahan antara 0-2960 mdpl dengan suhu udara 17-24°C. Kota
Cianjur merupakan kota dengan ketinggian lahan 450-750 mdpl dengan suhu udara
19-24°C . Kota Bogor memiliki ketinggian lahan 190-330 mdpl dengan suhu udara
26°C dan kelembaban udaranya sekitar 70% (Rusdiana dan Saptati 2009).
1.2 Rumusan
Masalah
Apakah
terdapat pengaruh ketinggian lahan tempat penanaman pohon terhadap kuantitas
produksi buah pala?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian Pengaruh
Ketinggian Lahan terhadap Produktifitas dan Kandungan Minyak Atsiri Buah Pala (Myristica
fragrans Houtt) adalah mengetahui bahwa ketinggian lahan tempat penanaman
pohon berpengaruh terhadap jumlah produksi buah pala
1. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah produksi
buah pala dapat meningkat sehingga kegiatan ekspor biji dan fuli pala ke luar
negeri dapat semakin menguntungkan.
II. METODE PENELITIAN
2.1
Lokasi dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di tiga
kota berbeda, yaitu Sukabumi, Bogor dan Cianjur serta Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan penelitian
adalah 3 bulan, dimulai dari bulan Desember 2015 sampai Februari 2016.
2.2
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan kebun
milik warga atau Perhutani yang terdapat di 3 kota berbeda. Kebun yang
digunakan sebanyak lima kebun dengan jumlah pohon masing-masing yang digunakan
adalah 50 pohon. Selain itu, alat yang digunakan adalah 4 in 1, pH meter, serta
timbangan.
2.3
Metode
Pengamatan
dimulai dengan pengukuran ketinggian lahan setiap kebun pala yang tumbuh di
Bogor, Cianjur dan Sukabumi dengan cara survey ke Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah masing-masing kota. Ukur mikroklimat (intensitas cahaya, suhu udara,
kecepatan angin, kelembaban udara) di setiap kebun, kemudian dipilih
masing-masing 5 kebun yang dapat mewakili 3 ketinggian lahan yang dimaksud
(tepat 700 mdpl, di bawah 700 mdpl, di atas 700 mdpl). Pemilihan kebun
diusahakan yang memiliki jarak saling berdekatan pada setiap kotanya untuk
memudahkan pengamatan serta yang memiliki mikroklimat yang hampir serupa.
Kemudian dipilih 50 pohon dari masing-masing kebun yang berusia produktif (25-40
tahun). Variabel-variabel yang mempengaruhi produktifitas pohon, selain
ketinggian lahan, diusahakan sama. Pohon pala yang memiliki buah agar dipetik
sehingga semua pohon pada setiap kebun memiliki keadaan yang sama. Jumlah buah
pala yang dihasilkan dihitung pada masing-masing kebun sampai pada pengamatan
bulan ke-2.
Setelah
buah pala hasil panen terkumpul, masing-masing buah dari setiap kebun dengan
ketingian lahan yang berbeda dibawa ke Laboratorium Fisiologi Tumbuhan IPB
untuk diadakan pengamatan selanjutnya. Jumlah buah pala hasil panen dari
masing-masing kebun dengan ketinggian lahan yang berbeda ditimbang beratnya.
Nilai hasil timbangan kemudian diakumulasikan untuk semua ulangan pada
masing-masing perlakuan. Pengolahan data dilakukan dengan memisahkan antara 3
perlakuan yang berbeda, sehingga dari pengolahan data didapatkan kesimpulan
perlakuan mana yang paling tepat sehingga produksi buah pala menjadi maksimal.